Malangnya Nasib Penerjemah Militer Amerika

Tidak sesuai dengan yang diharapkan, para penerjemah militer di Afganistan merasa dibohongi militer Amerika

Hidayatullah.com–Josh Habib terbaring di atas tanah, nafasnya tersengal-sengal. Dua hari berjalan kaki bersama pasukan marinir menyusuri wilayah selatan Afganistan dalam suhu panas 46 derajat Celsius, membuatnya begitu kelelahan. Ini bukanlah pekerjaan yang ia harapkan.

Habib bukan seorang anggota marinir. Ia laki-laki berusia 53 tahun, seorang insinyur dari California yang disewa oleh sebuah perusahaan untuk menjadi penerjemah di militer AS. Ketika ia mendaftar untuk menjadi penerjemah–yang bayarannya cukup menguntungkan, Habib bilang orang yang merekrutnya tidak memberikan penjelasan apapun jika ia akan bergabung dengan pasukan darat di wilayah kekuasaan Taliban.

Ia membawa 18 kg makanan, air, dan perlengkapan di punggungnya, dan harus terus bergerak, bersama dengan para marinir yang rata-rata berusia separuh dari umurnya.

Para prajurit AS mengatakan, perusahaan merekrut penerjemah militer yang tidak siap melaksanakan tugas di medan tempur. Meskipun demikian, masih dibutuhkan ratusan orang penerjemah lagi untuk mendukung tugas prajurit yang jumlahnya terus bertambah.

Sebagian para penerjemah usianya sekitar 60-70 tahun, dengan kondisi fisik yang kurang baik. Sebagian malah tidak dapat berbicara dengan bahasa yang baik.

“Saya bertemu dengan beberapa orang di atas pesawat, dan langsung mengirim mereka pulang kembali, karena kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan,” kata Sersan James Spangler, yang bertanggung jawab mengurus penerjemah di kamp Leatherneck, pangkalan militer AS terbesar di propinsi Helmand.

“Mereka terlalu tua. Mereka tidak bisa bernafas. Mereka mengeluh jantungnya sakit,” katanya. “Hampir saja kami jadikan lelucon, bahwa kami sering mendapat kiriman orang dengan tabung oksigen dan membawa kantong buang hajat.”

Para prajurit mengatakan, penerjemah yang kemampuannya rendah dan selalu mengeluh, menjadikan militer AS dalam bahaya.

“Intelijen dapat menyelamatkan nyawa kami dan memberikan keuntungan di medan tempur,” kata William Woodall, 26, asal Dallas, yang sering bekerja dengan penerjemah. “Perusahaan perekrut tidak memikirkan kualitas. Mereka hanya mendorong orang supaya mau dikirim ke sini. Dan ketika mereka sampai, sudah bukan tanggung jawab perusahaan lagi.”

Spangler, 36, asal Lecanto, Florida, menekankan seorang penerjemah fisiknya harus sehat. “Ketika kami harus berkonvoi keluar selama berhari-hari atau berminggu-minggu, lalu kami diberi penerjemah berusia 60-70 tahun, harus langsung saya katakan: saya perlu orang yang lebih muda, bisa keluar dari kendaraan dengan cepat, bisa berlari cepat jika diperlukan, apapun yang dibutuhkan dalam operasi militer bersama marinir,” kata Spangler.

Perusahaan perekrut yang berasal dari Colombus, Ohio, Mission Essential Personnel— yang merekrut penerjemah berkewarganegaraan AS–mengatakan, sulit untuk memenuhi permintaan penerjemah yang semakin meningkat, untuk mendampingi 15.000 anggota militer AS yang dikirim ke selatan Afganistan, ke propinsi berbahasa Pastun, yang merupakan program pemerintahan Obama tahun ini. Menurut sensus tahun 2000, hanya ada 7.700 orang yang bisa berbahas Pastun di AS.

Wakil Senior Presiden Mission Essensial, Marc Peltier, mengatakan kepada AP bahwa para penerjemah yang dikirim ke Afganistan, Iraq, dan negara lainnya, memenuhi standar dari pemerintah. “Pihak militer tidak menentukan batasan umur atau berat badan,” katanya.

“Saya sungguh berharap mereka yang dikirim seluruhnya berusia 21 tahun, mereka yang lulus tes fisik kesatuan marinir. Tapi kenyataannya tidak demikian,” kata Peltier.

“Sebagian dari mereka kaget. Kita tidak bisa membuat program penyesuaian diri untuk mereka. Kita tidak punya pusat pelatihan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan panas di lapangan. Sungguh itu merupakan kejutan bagi mereka. Pekerjaan itu sangat… sangat keras. Khususnya dengan begitu banyak anggota militer baru yang akan dikirim ke propinsi Helmand,” katanya.

Dibohongi

Mengapa para penerjemah itu bisa yakin tidak akan menghadapi bahaya? Mungkin disebabkan oleh perekrutnya. “Mereka akan mengatakan apapun agar Anda mau direkrut untuk pekerjaan itu,” kata Spangler.

Seorang warga negara AS keturunan Afganistan-Amerika yang menelepon Mission Essential untuk menanyakan tentang pekerjaan itu, dan mengizinkan wartawan AP untuk mendengarkan percakapannya, bertanya apakah ia akan dikirim ke tempat-tempat yang berbahaya. “Oh, tidak, tidak, tidak. Anda kan bukan tentara. Anda bukan tentara. Sama sekali tidak,” jawab si perekrut, Tekelia Barnett. “Anda tidak dikirim ke medan pertempuran.”

Si penelepon menanyakan berkali-kali, apakah ia akan dikirim ke medan pertempuran? Barnet berkata, ia akan menjadi penerjemah bagi tentara di sekolah-sekolah, masjid atau rumah sakit.

Setelah dicecar pertanyaan seputar masalah itu, akhirnya Barnett mengatakan bahwa penerjemah akan diberi tugas “apapun”. Dan jika ia tidak mau, maka ia bisa berhenti.

Peltier kemudian mengatakan kepada AP, bisa jadi penerjemah dikirim ke medan tempur. Dan ia mengatakan, akan bicara kepada Barnett untuk memastikan bahwa ia bisa menerangkan tentang hal itu dengan lebih jelas. Peltier juga mengatakan, jika telepon pertama merupakan “perkenalan” dan orang-orang yang direkrut selanjutnya akan mengikuti pelatihan selama 2 minggu untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap mengenai tugasnya.

Tahun lalu, John McHugh, seorang wartawan terbaik di Afganistan, menghasilkan video tentang persoalan bahasa. Ia menemukan, perusahaan monopoli penerjemah di medan tempur  tak dapat melindungi para juru bahasanya.

“Mereka katakan, Anda akan bisa mandi sehari sekali, mendapatkan akses internet dan televisi, bisa menelepon ke rumah enam kali dalam seminggu,” kata Woodall. “Dan ketika mereka keluar, mereka benar-benar terkejut. Mereka telah dibohongi.” [di/msnbc/www.hidayatullah.com]

About Haroky2000

The Prophet SAW said : “Islam begin as something strange ( Ghuroba` ), and it will return as something strange the way it began”.

Posted on September 11, 2009, in Ragam. Bookmark the permalink. 1 Komentar.

  1. makanya jangan mau jadi penghianat yang ingin memusuhi Islam. makan sendiri tuch resiko, azab Allah. kebenaran tetap akan benar dan yang salah tetap akan salah. Allahuakbar!!!!

Tinggalkan komentar