Suraqah Al-Andalusia raahimahullaah ( Bag.3 )
Biografi Wartawan Azzam Publications
“Yaa Alloh! Jangan biarkan diriku meninggalkan pegunungan ini kecuali Engkau menjadikan aku sebagai Syuhada!”
Bagian Ketiga.
Pertempuran Tora Bora
Hingga akhirnya terjadilah peristiwa Serangan 11 September 2001 yang kemudian diikuti dengan serangan terhadap Islam dan Ummatnya pada 7 Oktober 2001. Ketika Taliban memutuskan untuk mundur meninggalkan kota-kota yang dikuasainya dan bergerak menuju kawasan pegunungan, Suraqah adalah salah seorang di antara Mujahidin yang mundur menuju deretan pegunungan tinggi Tora Bora, kawasan timur Afghanistan. Pada November 2001 tentara salib Amerika menyerang posisi Mujahidin di Tora Bora dan pecahlah pertempuran yang paling sengit yang terjadi saat itu.
Kawasan pegunungan Tora Bora terdiri atas jajaran bukit dan puncak pegunungan tinggi. Saat itu diperkirakan militer Amerika akan lebih dulu mendaratkan pasukannya di jajaran perbukitan yang berada di ketinggian rendah, karena itu para pimpinan Mujahidin memberikan perintah kepada Mujahidin yang masih baru dan relatif belum memiliki pengalaman tempur untuk bergerak naik menuju puncak pegunungan, sementara Mujahid- mujahid yang telah berpengalaman diperintahkan untuk tinggal di perbukitan menyongsong datangnya tentara musuh. Suraqah berupaya untuk membujuk komandan groupnya agar mengijinkan dirinya ikut tinggal di perbukitan dengan alasan dirinya ingin ikut menghadapi tentara Amerika, namun keinginannya ditolak oleh para komandan militernya. Dengan rasa enggan namun tetap patuh pada perintah komandannya Suraqah berjalan naik ke pegunungan.
Sepanjang bulan November 2001 yang bertepatan dengan Ramadhan 1422H pertempuran antara kedua belah pihak akhirnya meletus. Militer Amerika tanpa pandang bulu menghujani kawasan pegunungan seakan tiada beda lagi antara siang maupun malam. Hujan bom seakan dicurahkan dari langit, bumi dan gunung seakan meletuskan isinya. Di antara perlengkapan tempurnya, Suraqah juga membawa serta peralatan P3K miliknya. Dia bukanlah seorang dokter, tetapi apa yang dilakukannya selama pemboman berlangsung rasanya tidak berlebihan jika dikatakan melebihi apa yang dilakukan oleh seorang dokter profesional. Setiap kali mendengar kabar melalui radio komunikasi ada seorang Mujahid yang mendapat luka, Suraqah tanpa ragu mengeluarkan peralatan medisnya dan mengambil resiko menempuh perjalanan berbahaya menuju lokasi korban, berjalan menghindari area pemboman. Saat masih sibuk mengurus “pasiennya” dan kembali mendengar berita jatuhnya korban lagi, Suraqah segera bergerak menuju “pasien” barunya yang berada lebih rendah 2000feet (600meter) dari posisinya berada. Demikianlah kesibukannya selama pertempuran berkecamuk, naik turun gunung tiada henti tanpa mempedulikan curamnya pegunungan Tora Bora. Terkadang jika dirinya berhadapan dengan musuh, dengan keberanian tinggi dirinya mengambil posisi tempur dan tidak menghindari musuh.
Do’a Seorang Mujahid
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, orang yang sedang menunaikan ibadah haji dan orang yang sedang menunaikan ibadah umrah, ketiganya adalah tamu-tamu Allah! Dia memanggil mereka dan mereka memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada-Nya, maka Allah akan mengabulkan permohonan mereka!”
Beberapa minggu berlalu dan Suraqah tetap berada di tempat dimana dirinya ditugaskan. Akhirnya tibalah 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Pada suatu malam dimana pertempuran masih berkecamuk, seorang rekan Mujahid melihat Suraqah berdiri sendirian di lereng gunung dengan mengenakan pakaian tempur kamuflase yang dililit oleh magasin peluru dan menggenggam senjata AK-47 Kalashnikov di tangannya. Sekalipun temperatur saat itu di bawah nol derajat celcius dan hembusan angin dingin membekukan tulang menerpa tubuhnya, dirinya terlihat berkeringat seperti yang umum ditunjukkan selama menjalani latihan militer. Secara tiba-tiba Suraqah membentangkan kedua tangannya lurus ke udara dan berteriak dengan sekuat tenaganya, “Yaa Allah! Jangan biarkan diriku meninggalkan pegunungan ini kecuali Engkau menjadikan aku sebagai Syuhada!”.
Gugur Syahid
Malam itu adalah malam Jum’at 29 Ramadhan 1422H dan mayoritas Mujahidin mengatakan malam itu adalah malam Lailatul Qadar. Waktu menunjukkan hampir pukul 9 malam dan Suraqah bersama group tempurnya yang berjumlah 20 orang sedang bergerak menuju posisi lain di kecuraman pegunungan Tora Bora. Tiba-tiba raungan pesawat pembom Amerika B-52 Stratofortress terdengar membelah udara malam di atas mereka, diikuti dengan suara desing bom yang dijatuhkan, berjumlah banyak dan solid, menggambarkan kekuatan tirani dan ketidakadilan. Ketika hujan cluster bomb itu memecah menjadi ratusan bom-bom berukuran kecil, suara ledakan yang serupa tapi tak sama dengan ledakan kembang api riuh membahana, memecah kesunyian malam pegunungan agung nan mulia Tora Bora. Sudah ditakdirkan salah satu bom itu ditujukan kepada Suraqah Al-Andalusia, dan dengan cara demikianlah Singa Islam dan Pahlawan ini menyerahkan jiwa raganya yang suci kepada Khalik-nya. Darah mulianya me mbasahi tanah yang penuh dengan kisah kepahlawanan, keberanian dan ksatria ini. Jenazahnya yang suci ditemukan oleh penduduk sekitar beberapa minggu kemudian dan dimakamkan di desa Markhanai, kaki pegunungan Tora Bora. Semoga Allah SWT menerima Suraqah sebagai seorang Syuhada.
Mimpi Setelah Syahidnya Suraqah
Setelah Suraqah gugur Syahid, sejumlah keluarga dan juga sahabat- sahabatnya bermimpi tentang Suraqah. Istrinya bermimpi melihat seekor burung di kejauhan pulau. Bulu burung itu habis terbakar dan tergeletak tak bergerak. Tiba-tiba di kejauhan seekor burung lainnya terbang mendekati burung itu dan mendarat di sampingnya. Burung yang terbakar itu kemudian menanggalkan bulu luarnya yang habis terbakar dan dari dalamnya muncul burung baru dengan warna bulu yang begitu indah yang belum pernah dilihatnya. Kedua burung tersebut kemudian terbang ke angkasa.
Adiknya bermimpi dimana dirinya mendatangi seseorang dan bertanya dengan gusar, “Di mana kakakku Suraqah?” Orang itu menunjuk gunung di kejauhan. Dirinya kemudian bertanya lagi kepada orang-orang di sekitar, “Di mana kakakku?” Dan orang-orang yang ditanya kembali menunjuk gunung di kejauhan. Kemudian dirinya berjalan sejauh mungkin menuju gunung yang dimaksud dan kembali bertanya. Orang-orang menunjuk gunung putih di kejauhan.
Adik perempuannya bermimpi bertemu dengan Suraqah, saat itu Suraqah datang mengunjungi keluarga mereka. Tubuh Suraqah mengeluarkan cahaya yang sangat bersinar dan tubuhnya sedemikian besar sehingga membuat orang-orang yang mengerumuni Suraqah harus menengadahkan wajah mereka untuk dapat memandang Suraqah.
Wasiat Suraqah Al-Andalusia
Wasiat kepada istri, kedua anaknya dan keluarganya (rangkuman) :
Sesungguhnya Allah menjadi saksi betapa besarnya cinta saya kepada kalian, tetapi Islam membatasi kecintaan ini. Allah SWT berfirman :
“Katakanlah : ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” [QS At-Taubah:24]
Wasiat Kepada Ummat Islam :
Maka menjadi jelas bagi kita bahwa kecintaan kita kepada keluarga kita, harta benda kita dan lainnya yang terkait dengan kehidupan dunia tidak boleh lebih besar daripada kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW dan Jihad di Jalan-Nya. Jika alasan yang kita ajukan pada Hari Pengadilan nanti karena tidak memenuhi panggilan Jihad adalah keluarga dan orang-orang yang kita cintai, maka kita sebaiknya merenungi apa yang telah Allah SWT peringatkan kepada kita di dalam Surat ‘Abasa :
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada Hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada Hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya” [QS ‘Abasa:33-37]
Ini adalah peringatan yang sangat serius dan tidak dapat diabaikan oleh mereka yang menolak panggilan Allah karena lebih memilih orang-orang yang mereka cintai dan hasrat dunia lainnya (harta benda, rumah mewah, jabatan & kedudukan dll). Semua hal ini menjadi tidak berguna pada Hari Pembalasan untuk kita kemukakan sebagai alasan karena meninggalkan perintah Allah SWT (menegakkan Jihad).
Bila kita melihat keadaan sekeliling pada realitas yang terjadi di lingkungan Ummat Muslim, dengan menyesal kita melihat keadaan ummat yang sangat terhina, hanya beberapa gelintir saja realitas yang dapat dibanggakan karena menegakkan martabat ummat. Ummat Muslim sebagai satu kesatuan (Ummat) telah meninggalkan ajaran agama ini hingga Allah SWT membiarkan nasib kita bergantung pada belas kasih kekuatan kufur orang-orang kafir, orang-orang Yahudi yang pengecut, kaum atheis yang sombong dan orang-orang murtad pengikut setan.
Fakta yang paling nyata kita lihat adalah apa yang terjadi di Palestina saat ini. Allah SWT menempatkan negara kecil yang pengecut ini (Israel) di leher Ummat Muslim. Padahal Allah SWT amat murka kepada kaum Yahudi ini “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)” [QS Al- Fatihah:7]. Allah SWT juga memberitahu kita dalam Surat Al-Baqarah, “Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan” [QS Al-Baqarah:96]
Tetapi sekalipun demikian keadaan saat ini menunjukkan para pengecut ini menjadi tuhan di Timur Tengah. Hal ini sungguh menunjukkan betapa Ummat Muslim telah tersesat dan menyimpang dari Jalan yang Lurus. Kita melihat betapa penganiayaan dan pembantaian besar-besaran tengah berlangsung di Tanah Suci Palestina dan Ummat Muslim tidak berbuat apa-apa. Sikap diam Ummat Muslim seolah seperti mengatakan kepada Muslim Palestina, “Kuburkan anak-anak, orang tua dan semua yang telah mati terbunuh, dan terimalah uang sekedarnya sebagai tanda duka cita kami dan hiburan atas keadaan kalian, dan bersabarlah”. Subhanallah! Inilah yang terjadi pada Ummat Muhammad SAW saat ini, padahal Allah SWT telah menggambarkan keadaan mereka di Surat Ali ‘Imran : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” [QS Ali ‘Imran:104]
Para Khalifah pemimpin ummat di masa lalu tanpa ragu akan mengirim tentara mereka untuk menuntut balas atas penghinaan yang bahkan dialami oleh seorang wanita muslimah saja. Tetapi saat ini kehormatan wanita- wanita muslimah dinodai dari waktu ke waktu, pria muslim dibunuh dan dibantai besar-besaran dengan cara yang paling mengerikan, tetapi tetap saja tidak ada gerakan kolektif dari Ummat Muslim. Keadaan menyedihkan ini sudah dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam satu hadits yang shahih :
“Ketika kalian berdagang dengan cara Tabaiya Al-Ainiya (satu jenis riba dimana penjualan dilakukan pada harga tertentu untuk kemudian dibeli kembali dengan harga yang jauh lebih murah), dan mengikuti ekor kerbau (maksudnya mereka begitu menaruh perhatian dan asyik pada usahanya untuk hidup seperti pertanian dan peternakan dan melupakan Jihad), maka Allah akan menghinakan kalian dan tidak akan mencabut kehinaan itu hingga kalian kembali kepada ajaran Islam”.
Ummat ini telah mengabaikan prinsip-prinsip agamanya yaitu meninggalkan ajaran yang paling dicintai di sisi Allah SWT, ajaran Jihad. Maka Allah SWT menempatkan kita pada belas kasih orang-orang penghuni neraka.
Wahai Ummat Muhammad, bangunlah dari tidur kalian dan takutlah kepada Tuhanmu, karena hanya Dia-lah yang harus ditakuti!
Namun hal yang lebih buruk lagi adalah apa yang tengah terjadi hari ini. Segelintir orang-orang muslim pemberani yang bergabung dalam Jihad malah disebut sebagai ekstrimis, pemberontak, bandit atau teroris bahkan oleh saudara-saudara muslimnya sendiri. Adalah benar adanya jika sejumlah orang telah membuat kesalahan dalam menegakkan Jihad, tetapi sejatinya Jihad adalah tindakan yang dibenarkan dalam ajaran Islam. Bukankah kita mengetahui bahwa sebagian muslim juga mempraktekkan syirik ketika menegakkan shalat dan ketika menunaikan haji (padahal syirik adalah perbuatan yang sangat dilarang di sisi Allah?), tetapi tindakan sebagian muslim ini tidaklah menjadikan kita lantas berhenti menegakkan shalat dan menunaikan haji? Sebaliknya tindakan yang kita lakukan adalah tetap menegakkan kedua kewajiban ini (yang merupakan bagian dari rukun islam) dengan jalan menanggalkan bid’ah dan syirik dan melakukannya sesuai tuntunan yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW beserta Para Sahabat Beliau RA. Demikian pula dengan Jihad, yang merupakan puncak dari segala urusan. Bagaimana mungkin kita meninggalkan Jihad padahal jalan inilah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW beserta Para Sahabatnya RA dahulu? Jika kita mengaku sebagai Ummat Rasulullah SAW maka kita juga harus mengikuti jalan yang telah ditempuh Beliau SAW. Saudara saudariku, janganlah bersikap pesimis dan patah arang, dan janganlah mendekati jalan kapitalis dan idealisme mereka. Seringkali kita mendengar saudara-saudara muslim kita baik para Ulama, pemuka & tokoh masyarakat maupun mereka yang kurang mema hami Jihad berpendapat bahwa Jalan Jihad tidak menghasilkan apa-apa kecuali kerusakan dan permusuhan belaka. Allah SWT berfirman di dalam Surat Ali ‘Imran :
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di Jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” [QS Ali ‘Imran:169-170]
Ayat ini memberikan kejelasan kepada kita bahwa pihak yang merugi bukanlah pihak yang mati di Jalan Allah tetapi mereka yang memilih untuk tetap melanjutkan hidup, memperdebatkan dan mengkritisi Jihad. Hal ini digambarkan oleh ayat “bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”. Ayat-ayat ini seharusnya direnungi dalam-dalam oleh mereka yang meragukannya. Tetapi mereka yang memilih untuk meremehkan ayat ini adalah mereka yang telah dikuasai hawa nafsu (syahwat hidup & dunia). Kemenangan datangnya hanya dari Allah SWT, tugas kita adalah mematuhi dan menjalankan perintah-Nya dengan melaksanakan kewajiban Jihad dan bersabar di Jalan ini. Ada sebagian orang yang meyakini bahwa yang dimaksud dengan tetap bersabar di tengah-tengah Kufur Bawah serta penjajahan dan penganiayaan yang dilakukan orang-orang kafir terhadap Ummat Muslim di banyak negara adalah tetap tinggal di rumah, beribadah rutin dan melanjutkan hidup sebagaimana biasanya. Hal ini bukanlah bersabar tetapi menunjukkan sikap pengecut kita dan jatuh terhina dalam cemoohan. Sebaliknya, yang dimaksud dengan tetap bersabar adalah berjihad di Jalan Allah hingga datangnya kemenangan atau mati syahid.
Tidak seperti bangsa-bangsa sebelumnya dimana Allah SWT sendiri yang menghancurkan mereka dengan mengirim Kekuasaan-Nya (yaitu Bangsa Tsamud yang dihancurkan oleh kekuatan badai dan petir, dan Bangsa `Aad yang dihancurkan oleh kekuatan angin topan), Ummat Muslim saat itu mendapatkan kemenangan tanpa diperintahkan untuk berjihad. Tetapi terhadap Ummat Muhammad SAW, Allah SWT memerintahkan Ummat Muslim untuk memerangi sendiri orang-orang kafir, atheis, orang-orang musyrik dan murtad dengan perjanjian bahwa Allah SWT yang akan menghukum orang-orang kafir melalui tangan kita. Allah SWT berfirman di dalam Surat At-Taubah dengan sangat jelas :
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang- orang yang beriman” [QS At-Taubah:14]
Bagi mereka yang meragukan Jalan ini dinasehatkan untuk menggali lebih dalam firman-firman Allah SWT hingga menemukan betapa tingginya perhatian terhadap isu ini dan betapa banyaknya isu ini disebut di dalam Al-Quran. Jika kita mempelajari sejarah hidup Rasulullah Muhammad SAW juga akan kita temukan betapa Beliau SAW bergerak dari satu peperangan ke peperangan lainnya hanya untuk menegakkan bendera Islam. Demikian pula dengan empat Khalifah RA yang berada di Jalan yang Lurus dan para penerus mereka (Salaf) melanjutkan pemahaman akan Jihad seperti yang mereka terima dari Rasulullah SAW.
Saudara-saudariku yang lurus hati, marilah kita lihat apa yang telah Allah SWT takdirkan kepada kita bila kita mengaku sebagai hamba-Nya. Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-Baqarah :
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” [QS Al-Baqarah:216]
Ayat ini sangat jelas sekali maknanya. Berperang adalah hal yang dibenci laki-laki tetapi itu telah ditakdirkan kepadanya sebagai suatu kewajiban. Adalah sangat penting dan menarik untuk dibahas bagaimana kata kerja yang digunakan dalam “memerintahkan berperang” sama dengan kata kerja yang digunakan dalam “me merintahkan berpuasa”, “Ku Ti Ba” di dalam surat yang sama, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS Al-Baqarah:183]. Namun demikian kita melihat ketidaksesuaian yang sangat jauh dalam mengimplementasikan kedua kewajiban ini. Sesungguhnya ilmu dan petunjuk datangnya hanya dari Allah semata. Allah SWT berfirman :
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman” [QS At-Taubah:13]
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang- orang yang beriman” [QS At-Taubah:14]
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada Hari Kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” [QS At- Taubah:29]
“Katakanlah : ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” [QS At-Taubah:24]
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” [QS At-Taubah:28]
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk (tidak ikut) berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa” [QS At-Taubah:44]
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang- orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu- raguannya” [QS At-Taubah:45]
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan kepada mereka : ‘Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu’” [QS At-Taubah:46]
Ayat-ayat berikut menggambarkan peringatan yang jelas kepada mereka yang menyatakan telah memiliki niat untuk menegakkan kewajiban yang paling dicintai di sisi Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu : ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit” [QS At-Taubah:38]
“Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada- Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [QS At-Taubah:39]
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di Jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” [QS At-Taubah:41]
Kemudian daripada itu saya ajak saudara-saudaraku semua untuk menyimak ayat yang menggembirakan hati di dalam Surat At-Taubah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang pada Jalan Allah ; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” [QS At-Taubah:111]
Ayat berikut menggambarkan ciri kepribadian orang-orang yang bersedia menjual diri mereka seperti disebut dalam ayat 111 di atas :
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji (Allah), yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu” [QS At-Taubah:112]
Allah SWT mengajak orang-orang beriman untuk bertransaksi bisnis. Bisnis ini tidak mengecualikan mereka yang miskin karena setiap manusia memiliki jiwa. Allah SWT bermaksud untuk me mbeli jiwa orang-orang yang beriman dan harta kekayaan yang dapat mereka berikan kepada Allah, dan sebagai gantinya Allah SWT akan melimpahkan Surga-Nya, dengan syarat mereka bersedia berperang di Jalan Allah, dan mereka membunuh atau mati terbunuh.
Wahai kalian Pebisnis Muslim! Perhatikanlah dan jangan sampai kalian gagal memenangkan bisnis ini. Rasulullah Muhammad SAW bersabda di dalam satu hadits yang shahih, “Siapa saja yang mati tanpa pernah berjihad, juga tidak pernah mendorong dirinya untuk menegakkan Jihad, maka dia mati dalam keadaan munafik”.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Jiwa Para Syuhada berada di dalam burung hijau (green birds) yang bertengger di lampion yang menggantung di ‘Arasy Allah SWT. Dan mereka terbang bebas di dalam Surga ke manapun mereka mau”.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Tidak akan pernah tersentuh api neraka, seorang hamba yang tubuhnya berdebu karena berperang di Jalan Allah”.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Siapa saja yang kakinya berdebu karena berperang di Jalan Allah, api neraka tidak akan dapat menyentuh kaki tersebut”.
Maka, setelah menyimak segala janji, kehormatan dan status tinggi yang tersedia, masihkah Ummat ini tetap tidak mengindahkan tapak jejak yang telah di-design untuk melindungi Islam dan kehormatan Ummatnya? Masihkah mereka tidak ingin membentangkan dan mengibarkan bendera Islam di hadapan orang-orang kafir, musyrik dan murtad?
Wahai orang-orang beriman dan alim ulama! Takutlah kepada Tuhanmu karena hanya Dia-lah yang pantas untuk ditakuti. Dan jika kalian memang benar-benar tulus ikhlas maka nilailah hidupmu dan pertimbangkanlah niatmu di hadapan ayat-ayat gemerlap yang bercahaya milik Tuhan kita ini dan tuntunan Nabi kita tercinta Muhammad SAW.
Sekarang marilah kita mengkaji sajak mengesankan yang ditulis oleh Imam Abdullah bin Al-Mubarak , seorang Ulama Hadits yang terkenal dari Khurasaan. Sajak ini Beliau kirimkan kepada sahabat Beliau yang saleh, Al-Fudail bin Iyadh, seorang yang rajin bertafakkur dan selalu berdiam di dalam Masjidil Haram sehingga terkenal dengan sebutan Abid Al-Haramain (Pelayan Dua Tanah Suci). Sajak ini menunjukkan ketidaksetujuan Abdullah bin Al-Mubarak atas sikap Al-Fudail yang lebih memilih untuk beribadah di dalam masjid dan mengabaikan Jihad :
Wahai Pelayan Dua Tanah Suci…
Bila kalian melihat kami di medan perang,
Kalian akan tahu, dibandingkan dengan Jihad kami…
Ibadah kalian adalah pekerjaan yang amat mudah…
Bila air mata menetes di pipi kalian…
Maka dada kami berlumuran darah…
Bau harum wewangian untuk kalian…
Maka wewangian kami adalah kumpulan debu yang diterbangkan kaki
kuda…
Bila kalian mempersembahkan ibadah…
Maka Mujahidin mempersembahkan darah dan nyawa…
Dari kalimat yang diluncurkan oleh seorang Salaf (generasi terdahulu yang saleh), kita bergerak maju ke masa kini kepada seorang ulama yang mengikuti jejak langkah Abdullah bin Al-Mubarak. Ulama ini membuktikan bahwa dirinya bukanlah seorang ulama yang hanya pandai mengeluarkan fatwa saja tetapi juga membuktikannya dengan sikap dan perbuatannya. Dialah Sheikh Abdullah Azzam (semoga Allah SWT merahmati Beliau) yang berkata, “Sesungguhnya sejarah Islam bernuansa dua warna, hitam pena Para Ulama, dan merah darah Para Syuhada”.
Pernyataan dan komentar yang dibuat oleh Sheikh Abdullah Azzam dapat dijadikan sebagai dorongan dan tambahan semangat bagi Ummat Muslim dewasa ini untuk menegakkan Jihad, di samping berbagai ayat Al-Quran, Sunnah Rasulullah SAW dan ucapan Ulama Salaf yang sudah dinukil di atas. Salah satu komentar lain Sheikh Abdullah Azzam yang terkenal adalah ketika Beliau berkata :
“Ketika Allah SWT memilih salah seorang saudara kita atau anak kita yang kita cintai, yang selama ini bersama-sama dengan kita menempuh Jalan ini, dan dimatikannya sebagai seorang Syuhada, saya menangisi diri saya sendiri karena mereka telah mendahului kita. Ini adalah bukti yang nyata bahwa diri kita tidak cukup pantas untuk mati syahid, dan bahwa kita tidak pantas untuk dianugerahi posisi mulia ini. Allah SWT lebih memilih mereka dan saya melihat mereka yang diambil Allah sebagai Syuhada memiliki kepribadian sebagai berikut : selalu memikirkan hal-hal yang baik bagi Ummat Muslim dan bersikap positif terhadap setiap pendapat yang mereka utarakan kepada saudara-saudari muslim mereka. Kalian tidak akan melihat mereka menghabiskan waktu mereka dengan sia-sia karena mereka selalu menyibukkan diri dengan ibadah dan perbuatan-perbuatan lain yang baik dan berguna. Mereka sibuk untuk memperbaiki kekurangan diri mereka daripada memperbaiki kekurangan orang lain, maka saya ucapkan selamat kepada mereka yang selalu menyibukkan diri untuk memperbaiki sifat/kekurangan diri mereka daripada menggunjingkan kekurangan pihak lain”.
Meskipun Sheikh Abdullah Azzam sangat berperan besar di dalam Jihad, tetapi Beliau selalu bersikap rendah hati jika berbicara mengenai diri Beliau sendiri. Sampai akhirnya Allah SWT menganugerahi Beliau dengan apa yang sudah sejak lama Beliau cari-cari, Syahid di Jalan Allah. Sheikh Abdullah Azzam berbicara mengenai Para Syuhada :
“Orang-orang ini, Ya Tuhan, adalah hamba-hamba-Mu. Mereka keluar dari rumah mereka menuju Jalan-Mu, hanya untuk mencari ridha-Mu, memberi kejayaan bagi agama-Mu, menegakkan Kalimat-Mu, mengagungkan Syariah-Mu, dan menolong hamba-hamba-Mu yang Engkau cintai. Karena itu wahai Tuhan kami, jangan kecewakan mereka, terimalah jiwa mereka dan beri maaflah mereka. Mereka adalah Muhajirin. Mereka meninggalkan rumah mereka yang nyaman, meninggalkan hidup mereka yang mewah, mereka tidak datang ke sini karena kemiskinan, tetapi mereka datang hanya untuk mencari ridha-Mu”.
Sheikh Abdullah Azzam berkata, “Sesungguhnya karena Para Syuhada-lah, maka Ummat tetap tegak berdiri, keyakinan tetap teguh, keimanan kokoh tak tergoyahkan”.
Sheikh Abdullah Azzam berkata, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” [QS Al-Ankabuut:2]. Satu kelompok kecil, mereka mantap keyakinannya. Bahkan satu kelompok yang lebih kecil dari kelompok ini, adalah mereka yang meninggalkan kehidupan materi dunia untuk bertindak menurut keyakinan ini. Dan kelompok yang lebih kecil dari kelompok elite ini, adalah mereka yang mengorbankan darah dan jiwa mereka untuk mencapai kemenangan atas keyakinan dan cita-cita ini. Jadi, mereka adalah yang terbaik, dari yang terbaik, di antara yang terbaik”.
Sheikh Abdullah Azzam lebih lanjut berkata, “Tidaklah mungkin mencapai kejayaan tanpa mengikuti jejak ini. Tidaklah mungkin sendi-sendi agama ini tertanamkan, panji-panjinya ditegakkan, ajaran-ajarannya disiarkan, tanpa melalui jejak ini. Dan jejak ini hanyalah satu, Jihad Fi Sabilillah”.
Sheikh Abdullah Azzam juga berkata, “Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah Para Syuhada, dengan kisah Para Syuhada, dengan teladan Para Syuhada”.
Berbagai pernyataan-pernyataan inilah yang telah menyalakan api di dalam diri saya, yang membuat saya bergabung dalam Jalan Jihad dan mencari kehormatan dalam Syahid, dengan ijin Allah SWT, Insya Allah.
Dan akhirnya saya mengingatkan kepada Saudara Saudari saya untuk mengusir orang-orang Yahudi dan Kristiani, atheis dan boneka-boneka mereka dari ketiga Tanah Suci kita.
Orang-orang Yahudi telah merampas Masjidil Aqsha dari tangan Ummat Muslim. Sementara najis Amerika beserta antek-antek mereka Al-Saud (keluarga Kerajaan Arab Saudi) mencemari dan mengkhianati Kedua Tanah Suci Mekkah dan Madinah. Allah SWT berfirman di dalam Surat At-Taubah :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” [QS At-Taubah:28]
Maka saat ini tergantung kepada diri kita sendiri untuk membebaskan Tanah Suci kita dari para teroris Amerika penjajah dan menyucikan Masjidil Aqsha dari najis Yahudi.
Wahai Ummat Muslim! Bangkitlah dan jawablah Panggilan Tuhanmu. Sesungguhnya di dalam Islam-lah terletak martabat dan kehormatan. Telah lama Ummat Muslim meninggalkan Jihad, karena itu mereka kehilangan martabat dan kehormatan mereka.
Kekafiran adalah Taghut (segala sesuatu yang disembah selain Allah SWT) sebagaimana Allah SWT firmankan di dalam Surat Al-Baqarah :
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [QS Al-Baqarah:256]
Saya sarankan kalian untuk memusuhi para penguasa negeri yang murtad beserta koalisi pendukung mereka karena mereka telah menggantikan hukum Syariah dengan hukum setan buatan manusia, juga karena mereka menyebarkan korupsi, merusakkan akhlak serta menganiaya ummat.
Janganlah percaya kepada demokrasi karena demokrasi adalah jalan setan dan pahamilah bahwa kebangkitan kembali Ummat hanya dapat ditempuh melalui pengetahuan, persiapan militer dan Jihad. Ketiga tahapan ini belum tentu harus dilakukan setahap demi setahap tetapi ketiganya dapat saja dilakukan serempak. Dan saya ingatkan kalian untuk waspada kepada Para Ulama yang berada di sekitar penguasa negeri kita karena Para Ulama ini akan berusaha dengan sebaik-baiknya membela para penguasa dan tidak segan untuk mengeluarkan fatwa yang mendukung setiap keputusan kufur para penguasa. Sikap Para Ulama ini yang membela dan mendukung para penguasa murtad telah menyimpang dari apa yang ditunjukkan oleh Ulama Salaf kita. Para Ulama ini telah menyesatkan diri mereka sendiri dan juga menyesatkan Ummat Muslim. Sebaliknya dengarkanlah dan ikutilah Para Ulama pemberani yang tidak takut dicela oleh para pencela dan tidak takut kepada senjata para penguasa.
Saya memohon maaf kepada keluarga saya dan sahabat-sahabat yang mengenal saya atas segala kekhilafan saya terhadap mereka baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Dan mohon kalian dapat mendo’akan agar Allah SWT menerima segala amal ibadah saya dan menghilangkan riya dari segala perbuatan dan amal kita.
Akhirnya saya tinggalkan kalian dengan ucapan seorang Syuhada Afghanistan pada dekade 1980-an, Abdul Wahab Al-Ghamidi :
“Banyak orang memilih hidup (di dunia) sebagai jalan untuk menjemput kematian, tetapi saya memilih mati (Syahid) agar hidup (di akhirat)”
Yaa Allah! Terimalah segala amal perbuatan kami, beri maaflah kami dan orang-orang yang kami cintai, dan masukkan kami semua ke dalam Surga! Yaa Allah! Limpahkanlah kejayaan kepada Mujahidin atas musuh-musuh mereka, menangkanlah mereka atas diri mereka sendiri, dan bantulah mereka memelihara hukum-hukum-Mu!
Yaa Allah! Bebaskan Tanah Suci kami dan bebaskan para penguasa murtad dari kungkungan antek-antek asing mereka!
Yaa Allah! Berilah kami Syahadah!
Yaa Allah! Kami mengharap Surga-Mu!
Ucapan Selamat
Wahai saudara dan rekan kami yang tercinta, maka kami ucapkan selamat (berpisah) dengan kalimat-kalimat dari Ulama yang selama ini engkau puja-puja. Kami ucapkan selamat dengan kalimat dari Ulama yang kami harap engkau sekarang berada bersamanya, di dalam burung hijau ( In the Hearts of Green Birds ) yang berdiam di lampion yang menggantung di ‘Arasy Allah Yang Maha Pengampun.
Diambil dari Kata-kata Sheikh Abdullah Azzam :
“Dan mungkin bagi mereka yang berpikiran sempit dan bersudut pandang picik, bagi mereka yang masih terikat dengan ruang dan waktu, akan menganggap bahwa ini adalah sekedar kisah, sekedar sesuatu yang telah terjadi dan telah selesai. Sang maut telah mengibarkan jubahnya, menelan Para Syuhada ini dan membawa mereka pergi untuk tidak pernah kembali lagi. Tidak ada hubungannya lagi dengan masa kini apalagi masa depan”.
“Tetapi, bagi mereka yang berpandangan jauh dan memiliki hati yang tercerahkan, mereka memahami bahwa semua pengorbanan ini adalah bangunan pondasi dan air penyubur bagi generasi yang akan datang dan peradaban yang akan berdiri tegak. Seluruh kisah ini, seluruh pengorbanan ini dan seluruh teladan ini, senantiasa akan menjadi rambu-rambu dari seluruh perjalanan agama ini, untuk mereka yang akan datang kemudian dan berniat untuk menapaki jejak ini, untuk mereka yang ingin mengikuti bekas langkah kelompok elite ini”.
( Dipersembahkan di situs ini oleh Haroky2000 )
Posted on Oktober 14, 2011, in Serial Jihad. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.
Tinggalkan komentar
Comments 0